Tengah malam. Sebuah gong bergema di seluruh lapangan yang sunyi. Orang-orang berkumpul; beberapa mengobrol, beberapa Translate bahasa Jawa ngemil. Saatnya wayang kulit dimulai. Dan sekarang, Tok Dalang (dalang) akan dimulai. Dongeng dari Ramayana dan Mahabharata semuanya diriwayatkan dan disuarakan oleh Tok Dalang; dari suara feminin yang lembut hingga suara laki-laki yang kurang ajar. Diiringi suara orkestra gamelan yang memikat, bayang-bayang wayang kulit pipih menyala di atas kain putih yang kencang.

Wayang kulit memiliki sejarah yang panjang, berasal Translate Jawa dari India hingga yang kita kenal sekarang di Malaysia dan Indonesia sebagai wayang kulit. Satu pertunjukan biasanya berlangsung sekitar 8 jam, mulai larut malam hingga dini hari. Tak perlu dikatakan bahwa stamina yang hebat dibutuhkan dari semua yang terlibat dalam memproduksi sebuah pertunjukan. Pertunjukan khas biasanya menampilkan adegan-adegan dari epos Ramayana dan Mahabharata; meskipun di wilayah Tenggara, beberapa tikungan ditambahkan, membuat terjemahan ini benar-benar orisinal.

Salah satu contoh yang bagus adalah hubungan antara Arjuna dan Punokawannya (atau juga dikenal sebagai Ponokawan). Ponokawan tidak ada dalam epos Mahabharata asli, karenanya mereka adalah tokoh asli Asia Tenggara di dunia wayang kulit. Ada banyak spekulasi tentang asal-usul Ponokawan. Meskipun tidak ada bukti tetapi teori yang paling banyak diterima adalah kedatangan Islam ke Jawa. Penciptaan Ponokawan dianggap sebagai corong untuk menyebarkan dakwah Islam dan simbolisme ajaran Islam itu sendiri. Segera tokoh-tokoh ini berevolusi menjadi penasihat, pelawak, satiris, dan bahkan suara rakyat jelata.

Siapakah Arjuna?

Arjuna adalah ksyatria (prajurit) terkenal dalam epos Mahabharata. Ia lahir dari pasangan Kunti dan Raja Pandu. Salah satu dari lima Pandawa, ia terkenal karena keahliannya dalam memanah dan keterampilan prajurit yang tak kenal takut.

Siapakah Ponokawan itu?

Ponokawan adalah pelayan setia Arjuna dan meskipun mereka menambah nilai komedi pada alur cerita, mereka juga memberikan kebijaksanaan agung dan merupakan penasihat Arjuna. Mereka memainkan peran penting selama momen “goro-goro” dalam drama tersebut. “Goro-goro” mengacu pada meningkatnya aksi atau komplikasi yang dihadapi oleh tokoh utama dalam sebuah adegan lakon. Dengan demikian alur cerita yang berbobot diimbangi dengan secercah humor yang dibawakan oleh para Ponokawan.